Senin, 25 Juni 2012

BISNIS: Jualan Pepaya

sumber foto: iin solihin

Pepaya adalah buah yang banyak tumbuh di daerah tropis. Ia bisa dimakan ketika mentah maupun saat matang. Di Indonesia banyak jenis pepaya ditemukan oleh para peneliti. Namun yang paling banyak dikenal adalah pepaya semangka (memiliki daging buah berwarna merah semangka dan rasanya manis), dan pepaya burung (warna daging buah kuning, harum baunya, dan rasanya manis asam).

Penulis tidak berpanjang lebar mengungkap sisi lain buah keluarga herba famili Caricaceae. Ada banyak pakar menulis tentang buah ini. Penulis hanya ingin berbagi pengalaman mengenai pedagang pepaya. 

Setiap hari bapak tua (70 tahunan) itu berjualan pepaya di depan sebuah ruko. Sambil menggelar dagangan ia bersihkan beberapa buah pepaya dari kotoran yang menempel, seperti sobekan kertas koran pembungkus pepaya, percikan lumpur, tanah liat dan sebagainya. 

Banyak jenis pepaya yang ia jual. Mulai dari pepaya lokal, pepaya bangkok, sampai pepaya california yang berukuran kecil kekuningan. Harga jual bervariasi. Terendah Rp 5.000 sampai termahal Rp 25.000. Semua tergantung ukuran dan jenis pepaya. Pastinya pepaya lokal ukuran kecil paling murah. 

sumber foto: google.co.id
Penulis amati hampir setiap hari. Hingga suatu hari penulis mencoba mengobrol dengannya. Ia datang dari Bogor Barat, tepatnya kawasan Salabenda. Pepaya dipetik langsung dari kebunnya. Sebagian dari petani pepaya di seputar rumahnya. 

Pengalaman bertahun-tahun jualan pepaya, membuat bapak sepuh ini seperti ensiklopedia pepaya. Ia hapal betul pepaya bagus dan pepaya buruk. Pepaya manis dan kurang manis. Meski tak pernah punya lapak ideal buat jualan, ia tak merasa miris dengan situasi itu. 

Hasil bincang-bincang, beliau mengatakan, "Sedikitnya 50 buah pepaya terjual setiap hari," ujarnya pelan. 
"Wah, lumayan dong, Pak," jawab penulis salut.
"Yaaa, tak seberapa, Bos (ia selalu menyapa konsumen Bos). Teman saya sehari kirim pepaya ke pemborong bisa sampai 200 biji," sahutnya merendah.

Sambil membayar satu buah pepaya seharga sepuluh ribu, penulis membayangkan kalau saja rata-rata per buah ia jual seharga delapan ribu, berarti 400 ribu ia kantongi. Jika modalnya sekitar 200 ribuan... Lumayan 200 ribu masuk pundi-pundinya. Sekali lagi setiap hari.

Ia tidak menyewa lapak, hanya uang kebersihan, 10 ribu per bulan. Konon, kalau lagi mujur, bisa 80an buah pepaya ia jual. Misalnya jelang puasa, tahun baru, atau ada tengkulak dari Jakarta yang kehabisan stok pepaya di tokonya.

Wah... kalau sudah rejeki takkan kemana ya, Pak? Berkat pepaya bapak bisa menyekolahkan anak-anak, menghidupi keluarga dan lain-lain. Tak perlu jungkir balik dan stres setiap hari menghadapi kemacetan ibu kota setiap berangkat dan pulang kerja...(*)

Bogor, 25 Juni 2012
iin solihin @baksomalangcitra.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar