Rabu, 13 Juni 2012

HOBI: Buah Kopi di Pinggi Kali

Buah kopi (coffea arabica L.) - foto: iin solihin
Pernah mengalami masa kecil yang menyenangkan? Masa kecil itu, sampai kini masih terngiang, ibarat flashback sebuah film, jika diputar begitu mengasyikkan. Saya punya cerita, saat itu baru 7 tahun, 1 SD. 

Setiap pulang sekolah melewati kali (sungai kecil) dan sawah. Sering saya lihat para petani asyik berbenah. Mengalirkan air irigasi sampai ke daerah terendah. Senyum mereka begitu sumringah. Pekerjaan bukanlah beban melainkan ibadah.

Sehabis petak sawah terakhir pastilah sungai kecil mengalir. Saya harus lewat jembatan bambu melintasi sungai kecil itu. Tak ada jalan lain, dan aib besar kalau saya turun ke sungai itu hanya untuk menghindari jembatan bambu. Jembatan itu justru dibikin supaya anak-anak sekolah tidak kerepotan jika pulang dan pergi dari sekolah di seberang ujung sawah.

Di pinggir kali dekat jembatan bambu itu persis tumbuh serumpun kopi. Buahnya lebat setiap musim tak terlewat. Saya terpesona pada buah yang sama sekali jarang disentuh sewaktu masih mentah. Namun setelah matang memerah, bukan main itu buah jadi bertuah. 

Buah-buah yang ranum itu, setiap berangkat sekolah seringkali menggoda saya untuk melahapnya. Tapi apa daya, penolakan demi alasan kesehatan dan ketidakwajaran makan buah kopi mentah, saya lewat sambil mendegut ludah. Ternyata eh ternyata, buah yang matang itu kerap dimakan hewan bernama luwak! Pantas saja, setiap hari itu buah kopi sepertinya semakin berkurang. Padahal gak ada seorang pun berani memetiknya. Pohon kopi itu numbuh di kebun luas milik seorang pemuka agama terkenal, semua warga hormat pada beliau....

Singkat cerita... saya pernah lewat kebun itu setelah dewasa. Sungai kecil masih seperti dulu, hanya airnya tak sebening dulu lagi. Jembatan bambu sudah pensiun, diganti jembatan beton hasil swadaya masyarakat dibantu dana sebuah LSM. Kebun pemuka agama masih asri, hanya saja kini dipagari kawat berduri, dahulu hanya pagar bambu diselingi pohon singkong.

Pohon kopi masih tersisa, sepertinya sudah renta. Tinggal beberapa pohon, itupun hanya yang di pinggir kali. Kata tukang angon sudah ditebang, karena banyak maling menerjang. Buah kopi untuk luwak habis diambil orang. Luwak yang sukses mengkonversi buah kopi utuh menjadi kopi enak kini menghilang. Lari ke gunung mencari kehidupan yang tenang.

Saya masgul, ketika melintas jembatan beton. Menatapi buah kopi yang tak lagi berseri. Hanya satu dua yang memerah, selebihnya masih hijau. Dulu, bunga kopi memancarkan keharuman menawan, sebagai terapi relaksasi menjelang ujian... Kini tinggal kenangan.

Saya rindu buah kopi di pinggir kali...!

****
iin solihin @bakso malang citra, bogor  
*) Cerita kenangan masa kecil

Tidak ada komentar:

Posting Komentar