Jumat, 29 Juni 2012

BISNIS: Jualan Entog atau Itik

Itik, layah dikonsumsi (foto: iin solihin)
Menjamurnya kuliner bebek goreng, bebek bakar, atau menu berbahan dasar bebek mestinya juga berimbas pada hewan peliharaan sejenis. Jika ayam sudah terlalu lama bertengger sebagai teman makan nasi, mestinya itik atau entok mendapat kesempatan sama seperti bebek.

Saat ini pembudidaya itik belum semeriah bebek, padahal entok kaya nutrisi, dan tak kalah kandungan nutrisi dibanding bebek. Masyarakat lebih tahu telur itik, yang banyak dijadikan bahan martabak telor. Sementara dagingnya belum populer dikonsumsi.

Peternak itik masih sebatas konsumsi rumahan, belum menjadi industri. Harga itik identik dengan harga bebek. Berkisar Rp 40.000 - Rp 70.000 per ekor. Andai saja warung makan menu itik sudah menjamur niscaya bisnis itik pedaging menggiurkan.

Perlu ada ada terobosan dan ide kreatif mengolah itik menjadi santapan konsumen. Diversifikasi olah pangan setidaknya membuat pola makan warga menjadi variatif. Tidak hanya ayam, bebek, itik, lele, belut, kelinci, bahkan marmut adalah lauk yang kaya akan nutrisi.

Kesimpulannya, jualan itik atau entok saat ini berpeluang besar. Lebih bagus lagi sekalian buka rumah makan menu itik, jadi usaha hulu-hilir dikuasai sekaligus memperkenalkan kepada masyarakat luas bahwa itik atau entok layak untuk dikonsumsi, mendampingi bebek dan menggantikan kejenuhan terhadap konsumsi ayam.(*)


Bogor, 29 Juni 2012
iin solihin @bakso malang citra

Kamis, 28 Juni 2012

PRESS RELEASE: Keju Kraft Asah Jiwa Kompetisi Para Pelaku Industri Bakeri Indonesia


Press Release:



Jakarta, 27 Juni 2012 -- Keju Kraft, salah satu produk unggulan PT. Kraft Foods Indonesia mengadakan serangkaian workshop dan demo baking bersama pihak-pihak terkait di bidang industri boga dan bakeri. 
Seperti wirausahawan, mahasiswa, para pemilik industri bakeri, komunitas memasak maupun jurnalis kuliner sebagai  bentuk komitmen Keju Kraft untuk mendorong perkembangan industri makanan dan bakeri Indonesia dengan memberikan pengetahuan tambahan, berbagi keterampilan memasak serta mengolah makanan dari produk keju. 
           Kelas pelatihan ini diadakan bekerja sama dengan Baking and Chef Centre (BCC) di Kelapa Gading yang memiliki perhatian besar terhadap kemajuan industri makanan, khususnya bakeri di Indonesia. Selain menggandeng para chef yang mumpuni di bidangnya, Keju Kraft juga menghadirkan berbagai pembicara seperti perwakilan dari Asosiasi Bakery Indonesia (ABI) dan pengusaha-pengusaha sukses Indonesia di bidang industri kue dan bakeri. 
       Sesi kali ini menghadirkan Chef Lanny Soechan, pakar baking, guru dan sekaligus instruktur di berbagai organisasi dan kelas kuliner. Para peserta juga diperkenalkan dengan berbagai varian Keju Kraft yang khusus diperuntukkan bagi para pelaku industri makanan dan bakeri. Tiga tipe pilihan Keju Kraft untuk Food Service yaitu Cheddar/Loaf 2 kg, Bakery 2 dan Filling Cheese. (*)



Rabu, 27 Juni 2012

CERPEN: Ke Lain Hati


KE LAIN HATI
Oleh: Iin Solihin
Segarnya hijau rerumputan. Tanaman perdu yang tumbuh subur. Bunga-bunga krisan warna-warni. Suara gemericik air terjun... Atau air sungaikah? 

Pokoknya surga, benar-benar surga. 
Aku tak akan pergi meninggalkan pulau ini selamanya. Tak ada tempat di dunia lain yang menandingi ketenangannya, kebebasannya, keindahannya, kegairahannya, juga pesonanya. Tidak di Bali, tidak di Papua, tidak di pulau Seribu, Kutai, dan tidak juga di Jakarta. Jakarta? Jakarta? Memangnya aku ada di mana sekarang? Bukan di Jakarta, kan? Trus, di mana dong?
“Mbak, Mbak Aby?”
Ada yang memanggilku. Rupanya ada yang mengenalku di pulau terpencil ini. Ah, aku tak suka itu. Lebih baik tidak kujawab saja biar dikiranya aku ini orang lain.
“Mbak Aby, sudah selesai semua laporannya. Mbak....”
Aduh... dia masih saja memanggilku. Aku, kan bukan Tabitha. Apa dia bilang? Laporan? Ha ha ha... Laporan apa lagi? Aku, kan sudah tidak lagi bekerja di kantor sialan itu.
“Mbak....”

Huhh! Kali ini dia mengguncang - guncangkan badanku. Sudah kubilang, AKU BUKAN TABITHA, KAU SALAH ORANG!
Kriiing...!
Sumpah! Aku benar-benar kaget. Ada telepon rupanya. Kubuka mata dengan sangat terpaksa. Kudengar sayup-sayup Andrisi menjawab telepon itu. Ya ampun, sudah jam berapa sekarang? Dan bisa-bisanya aku terlelap di sofa ini?
“Mbak Aby sedang istirahat, kelihatannya tidak bisa diganggu.”
“Sisi!” panggilku cepat. “Siapa itu?”
“Oh, Mbak sudah bangun?” katanya tergopoh sambil memijit nada sela dengan tangan kirinya. “Dari Mas Aldo.”
Reinaldo? Hmm... Cepat kuputuskan apakah aku harus bicara dengannya atau tidak. Aku sebenarnya sedang tidak ingin bicara dengan siapapun. Tapi suara Aldo begitu menggoda untuk kudengar. Aku benar-benar kecanduan oleh suara itu.
“Sini, saya mau bicara dengannya,” kataku berbisik.
“Oke. Mas Aldo, ini Mbak Abynya sudah bangun, mau bicara katanya.”
Aku mengangguk lemah pada Andrisi, mengisyaratkan terima kasih, dan dia boleh segera pergi. Andrisi  pun menghilang setelah menyerahkan gagang telepon padaku. Sedetik kupikirkan bahwa ia mungkin sudah sangat lelah dan ingin sekali pulang. Ah, nanti sajalah kuurus dia, sekarang waktu buat Aldo.
“Halo...,” kataku hampir berbisik. Aku sendiri kaget pada suaraku yang lemah. Terlalu lemah. Aku capek. Benar-benar capek.
“Ya ampun. Sayang, jam segini masih di kantor juga? Itu namanya menyiksa diri sendiri, Non?”
“Memangnya jam berapa, sih,” mataku melirik jam dinding persis di sebelah kiri  kepalaku. 11.15.
“Sebelas malam Non Aby...” Aku mau senyum, tapi bibirku terlalu kaku rasanya. Pantas saja Aldo selalu telat janjian denganku. Jam di dunianya tak ada satuan menitnya. “Mbok ya istirahat di rumah, pake baju tidur yang nyaman, di tempat tidur yang lega... bukannya pake blazer ketat. Sepatu hak tinggi. Trus duduk di sofa. Bikin badan kamu sakit aja.”
“Iya, iya,” sahutku kesal. “Tadi aku udah mau pulang, tapi liat sofa baru ini jadi pengen duduk dulu sambil minum cokelat hangat. Eh, taunya keterusan ketiduran.”

Aku agak bohong. Kejadian sebenarnya, aku memang tak berniat pulang sebelum tengah malam, karena pekerjaan belum tuntas. Jujur saja aku paling tak suka dikejar-kejar deadline, membuatku merasa berdisplin rendah dan keterlaluan. Aku akan menyelesaikan semua pekerjaan itu seminggu sebelumnya. 

Dan itu telah merampas kebebasan Andrisi, karena ia telah kuberdayakan habis-habisan. Biarlah, toh untuk kebaikannya juga. Selama ini aku selalu berusaha mendidik dia, bukan cuma memperkerjakannya. Dia harus bisa melakukan apa saja yang aku lakukan. Dia harus kuat, disiplin ketat, teliti, dan sabar. Dan sekarang aku menemukan banyak kemajuan padanya sejak pertama kali dia bekerja bersamaku. Padahal pertama kali bekerja dia sangat lamban dan sembrono. Bahkan kadang-kadang...
“Jadi mau aku jemput, nih?” kesadaranku pulih. Aku sedang bicara dengan Aldo.  Apa? Dia mau jemput aku?
“Aby...”
“Ehm. Iya, iya...” kataku tergesa.
“Okay, aku berangkat yah...”
“Eh, bukan. Maksudku nggak perlulah. Aku bisa pulang sendiri, kok. Lagian ada Sisi ini. Aku biasa ditemani dia. Rumahnya nggak terlalu jauh dari rumahku. Kami bisa pulang bareng,” sergahku setelah kuyakin ia serius mau menjeputku.
“Kamu yakin?” Suara Aldo terdengar prihatin.
“Ya, aku pulang ditemani Sisi aja.”
“Sekarang ya, jangan ditunda lagi. Urusan kantor tinggalin aja, kan bisa besok diterusin. Oke?”
“Hmm...”
“Pokoknya awas aja. Nanti aku cek di rumah apa kamu udah pulang.”
“Iya, iya!”
“Okay. Pulang ya, sayang...”
“Hmm.”
“Bye...”
“Bye...”
*****
“Sisi...” entah untuk keberapa kalinya aku memanggil gadis cantik berusia 23 tahun itu. Puluhan, mungkin juga ratusan.
“Ya, Mbak,” dia tergopoh-gopoh datang ke mejaku.
“Yang ini nggak beres benget, sih,” hardikku sambil mengacungkan lembaran-lembaran kertas. Andrisi mendekat dan mengambilnya dari tanganku.
Takut-takut dia bertanya, “Salahnya di mana, Mbak?”

Aku mengembuskan nafas kesal. Tapi aku tahu aku harus sabar menghadapi ini semua. Aku memang termasuk warga perfeksionis yang benci seratus persen dengan ketidaksempurnaan. Dan aku menyadari sepenuhnya, sebagian besar isi dunia ini tidak sempurna. Maka untuk kesekian kalinya juga kujelaskan masalahnya kepada Andrisi. Kuajari cara mengerjakan tugas dengan baik tapi efisien dari segi waktu.
Hari demi hari kujalani demikian. Gejolak-gejolak ketegangan di kantor, gairah menggelegak tiap kali aku memulai pekerjaan yang baru di pagi hari. Menyetir mobil baru dengan ketergesaan, memencet angka-angka di lift. Tersenyum ramah membalas sapaan “Pagi Bu!” di setiap tempat yang kulewati. 

Aku cinta pekerjaan ini. Benar-benar cinta. Aku suka duduk di belakang mejaku, dengan monitor LCD wide screen 10 senti dari hidungku. Jari-jariku di gagang telepon, atau sambil berbicara dengan partner bisnis lewat bluetooth. Tak pernah absen mengikuti meeting mingguan bersama para CEO. 

Kerap aku sibuk bekerja sembari membuka e-mail bisnis maupun e-mail pribadi yang selalu memenuhi inbox. Ikut nimbrung di milis alumni yang selalu menyajikan kejutan-kejutan. Apakah gosip terkini seputar selebritis, atau ada teman alumni yang  mengirim undangan pernikahan melalui milis dengan tujuan utama penghematan. Tapi keseringannya, sih melancarkan aksi perintah-perintah kerja pada Andrisi, sekretaris setiaku.
Aku tak pernah bisa menebak, dia setia padaku atau pada profesinya. Pada perusahaan ini, atau bahkan pada uang gajinya. Atau bisa jadi setia pada masa depannya. Yang jelas aku mulai berusaha untuk tidak memikirkannya lagi sejak saat itu. Saat aku kerumahnya di suatu pagi di hari Minggu, sekedar membawakannya sekotak besar coklat asli Swiss, sebagai tanda penghargaanku padanya karena ‘kesetiaannya’ selama ini. 

Dan aku tak pernah menyangka detik itu, ketika aku langsung masuk ke ruang tamunya dengan kesan persahabatan yang akrab -- lagipula dia tak pernah mengunci pintu depan – cara pandangku terhadap hidup ini berubah total. Berubah 180 derajat! Mungkin semua yang kukerjakan, yang kuperjuangkan memang bukan hal sebenarnya yang aku harapkan.
Entah apa yang kupikirkan ketika di kantor itu aku merasa diriku kuda betina yang harus berlari kencang. Membawa beban berat di pundak, harus menyeberangi sungai. Mendaki gunung. Melintasi lautan. Berlari dan terus berlari. Entah apa yang kucari waktu itu.
Namun kini,  ternyata waktu terasa begitu jauh di belakangku. Seolah itu semua peristiwa berabad-abad yang lalu. Yang ada dihadapanku sekarang adalah seorang Sisi, sekretaris sekaligus murid kesayanganku. Seorang gadis sebelas tahun di bawahku. Gadis yang menjadi objekku dalam rangka eksperimen misi mengubah orang lain, kini sedang ada di pelukan Aldo! 

Reinaldo. Pria bersuara lembut itu. Oh, dia pemberi semangatku --  alasanku untuk tidak menyerah selama ini – mereka berdua sedang berpelukan di sofa itu, di hadapan televisi berlayar super lebar. Tertawa mesra. Nonton film romantiskah?

Aku terpaku. Terpana. Jantungku seperti berhenti berdetak. Kurasakan nafasaku mulai tersengal. Oh, mereka tidak melihatku. Aku juga tak ingin mereka melihatku saat ini. Kalau begitu aku harus pergi. Nafasku benar-benar terasa sesak berada di rumah  yang panas ini. Benar-benar panas dan membuatku mandi keringat.

Bergegas aku keluar rumah. Kotak coklat  kulempar entah ke mana. Aku harus segera enyah dari sini. Harus! Aku menuju tempat mobilku diparkir, dan mulai mengemudikannya. Aku tak tahu mau pergi ke mana. Hatiku benar-benar kalut. Tetapi  aku harus berpikir. Aku harus mendapat penjelasan tentang semua ini.

Aku tak tahu apakah aku membenci Sisi, Aldo, atau bahkan membenci diriku sendiri. Kurasa Sisi harus berhenti dari pekerjaannya yang sekarang. Aku tak akan membiarkannya menerima telepon-telepon dari Aldo di ruangan yang sama dengan tempat kuberada.
Aku harus memecatnya. Atau mungkin Aldo pun harus kuusir jauh-jauh dari kedekatannya denganku selama ini. Lebih baik kami putus. Lebih baik kami bubaran saja.Ya, ya, itulah yang akan kulakukan dan semua masalah ini akan beres. Atau...

Tidak! Jangan sampai memikirkan kemungkinan ketiga. Yaitu bahwa akulah yang harus berhenti dari pekerjaanku. Aku harus mampu mengusir semua kesibukanku, memecat belenggu waktu kerjaku. Lalu kembali utuh bersama Aldo. Melepaskan rantai besi di kaki Sisi, membiarkannya lepas dari cengkramanku.
Apakah waktu bisa kuulangi dan kuperbaiki supaya peristiwa hari ini tak pernah terjadi? Bagaimana jadinya kalau aku berhenti bekerja dari dulu-dulu? Ah, aku tak mampu berpikir lagi. Aku harus pergi ke pulauku yang indah. Pulau terpencilku, yang lebih elok dari Bali, lebih liar dari Papua, lebih eksotik dari kepulauan seribu.
“Mbak, Mbak Aby... Udah jam setengah dua, Mbak.”
Eh, Sisi? Mana Aldo? Aku sudah bukan di pulauku lagi rupanya. Aku di kantor. Aku kan, harus berhenti dari pekerjaanku sekarang. Ya, aku sudah memutuskannya.

“Sisi,” suaraku mulai serak. “Kamu setuju nggak kalau kita berdua ambil cuti sebulan? Nanti saya pikirkan apa saya akan melanjutkan pekerjaan ini atau mencari pekerjaan lain saja, sementara tugas-tugas ini saya serahkan kepada orang lain. Bisa padamu atau siapa saja.”
“Mbak ini ngomong apa, sih? Cuti? Berhenti kerja? Mbak ngelantur, ah.”
“Enggak, saya serius. Pokoknya mulai sekarang saya berhenti mengatur-ngatur hidupmu. Kamu bebas.”

Sisi melongo tak percaya. Atau tak mengerti?
Aku tersenyum kaku. “Udah deh, sekarang kita pulang aja. Semua laporan itu lupakan saja dulu. Masih ada esok hari. Tapi kalau mau cuti, kita bisa atur orang lain yang mengerjakannya sementara.”

Andrisi menatapku heran. Mungkin dia pikir aku belum betul-betul bangun dari tidurku. Kamu salah, Andrisi! Aku sudah bangun dari tidur panjangku.
Kriiing...!

Andrisi hendak bergegas mengangkat gagang telepon, tapi aku melarangnya. “Biar, biar saya yang jawab langsung. Kamu siap-siaplah pulang.”
Dia kelihatan mau membantah, tapi perintahku tak pernah dilawannya.
Kriiing...!
“Ya...”
“Alo sayang, bosmu udah pulang belum, sih? Dia memang nggak berperasaan menyiksa kamu lembur sampe jam segini. Kamu tabah aja ya. Aku tetep sayang sama kamu. Jangan sedih, ya. Sekarang aku mau bicara sama dia, supaya dia nggak curiga...” kepalaku mendadak pusing. Kurasa aku akan pingsan. Itu suara Reinaldo!
Aldo-ku. Tapi suaranya begitu mesra mengira ia bicara pada Andrisi! (*)
*****
Bogor, Juni 2012

Senin, 25 Juni 2012

BISNIS: Jualan Pepaya

sumber foto: iin solihin

Pepaya adalah buah yang banyak tumbuh di daerah tropis. Ia bisa dimakan ketika mentah maupun saat matang. Di Indonesia banyak jenis pepaya ditemukan oleh para peneliti. Namun yang paling banyak dikenal adalah pepaya semangka (memiliki daging buah berwarna merah semangka dan rasanya manis), dan pepaya burung (warna daging buah kuning, harum baunya, dan rasanya manis asam).

Penulis tidak berpanjang lebar mengungkap sisi lain buah keluarga herba famili Caricaceae. Ada banyak pakar menulis tentang buah ini. Penulis hanya ingin berbagi pengalaman mengenai pedagang pepaya. 

Setiap hari bapak tua (70 tahunan) itu berjualan pepaya di depan sebuah ruko. Sambil menggelar dagangan ia bersihkan beberapa buah pepaya dari kotoran yang menempel, seperti sobekan kertas koran pembungkus pepaya, percikan lumpur, tanah liat dan sebagainya. 

Banyak jenis pepaya yang ia jual. Mulai dari pepaya lokal, pepaya bangkok, sampai pepaya california yang berukuran kecil kekuningan. Harga jual bervariasi. Terendah Rp 5.000 sampai termahal Rp 25.000. Semua tergantung ukuran dan jenis pepaya. Pastinya pepaya lokal ukuran kecil paling murah. 

sumber foto: google.co.id
Penulis amati hampir setiap hari. Hingga suatu hari penulis mencoba mengobrol dengannya. Ia datang dari Bogor Barat, tepatnya kawasan Salabenda. Pepaya dipetik langsung dari kebunnya. Sebagian dari petani pepaya di seputar rumahnya. 

Pengalaman bertahun-tahun jualan pepaya, membuat bapak sepuh ini seperti ensiklopedia pepaya. Ia hapal betul pepaya bagus dan pepaya buruk. Pepaya manis dan kurang manis. Meski tak pernah punya lapak ideal buat jualan, ia tak merasa miris dengan situasi itu. 

Hasil bincang-bincang, beliau mengatakan, "Sedikitnya 50 buah pepaya terjual setiap hari," ujarnya pelan. 
"Wah, lumayan dong, Pak," jawab penulis salut.
"Yaaa, tak seberapa, Bos (ia selalu menyapa konsumen Bos). Teman saya sehari kirim pepaya ke pemborong bisa sampai 200 biji," sahutnya merendah.

Sambil membayar satu buah pepaya seharga sepuluh ribu, penulis membayangkan kalau saja rata-rata per buah ia jual seharga delapan ribu, berarti 400 ribu ia kantongi. Jika modalnya sekitar 200 ribuan... Lumayan 200 ribu masuk pundi-pundinya. Sekali lagi setiap hari.

Ia tidak menyewa lapak, hanya uang kebersihan, 10 ribu per bulan. Konon, kalau lagi mujur, bisa 80an buah pepaya ia jual. Misalnya jelang puasa, tahun baru, atau ada tengkulak dari Jakarta yang kehabisan stok pepaya di tokonya.

Wah... kalau sudah rejeki takkan kemana ya, Pak? Berkat pepaya bapak bisa menyekolahkan anak-anak, menghidupi keluarga dan lain-lain. Tak perlu jungkir balik dan stres setiap hari menghadapi kemacetan ibu kota setiap berangkat dan pulang kerja...(*)

Bogor, 25 Juni 2012
iin solihin @baksomalangcitra.com

Minggu, 24 Juni 2012

BISNIS: Jualan Kedondong

Kedondong (Anacardiaceae), berpeluang dikomersilkan (foto: iin)
SULIT sekali mencari pedagang atau penjual kedondong. Lebih mudah mencari penjual pepaya atau pisang. Lebih gampang lagi mencari buah apel, jeruk, duren, anggur. Tinggal ke swalayan, mau jenis dan kualitas yang mana saja ada.

Tapi jangan tanya soal kedondong. Buah ini memang masih under dog. Kalah bersaing dengan buah lain. Jangankan sama buah impor seperti anggur redglobe, apel washington, duren bangkok, pisang cavendish... sama sawo saja dia malu-malu. Dipajang bersama mangga, pasti kalah. Dipajang bareng jeruk, pasti terpuruk... Oh kedondong...

Sebenarnya kedondong punya potensi. Berpeluang mendulang uang. Bisa jadi komoditi mumpuni. Asal bisa berinovasi dengan buah asam manis ini, pastinya sang kedondong bakal punya nilai tambah. Ada seorang pedagang manisan, ia jadikan kedondong sebagai manisan, di sisi lain kedondong mantap sebagai penyempurna asinan...

Banyak konsumen membeli manisan kedondong. Asinan apalagi. Konon, ia berencana membuat dodol kedondong. Wajik kedondong... Es Buah Kedondong.. Kesimpulannya, jangan anggap remeh buah lokal. Meskipun tampil kurang mewah dibading buah impor yang wah, soal citarasa dan produk turunannya sungguh luar biasa!

Kedondong (Anacardiaceae) adalah kelompok buah mangga-manggaan. Selain di Indonesia banyak tumbuh di Filipina, Kamboja, Thailand, dan Myanmar. Di Indonesia kedondong tumbuh di hampir setiap wilayah. Bahkan berkat hasil budidaya, kedondong kini banyak nangkring di halaman rumah sebagai tabulampot.

Jadi, mumpung belum banyak yang berinovasi di sektor kedondong, kenapa tidak kita lakukan inovasi produk kedondong? Rasanya, jualan kedondong, pasti gak bakal bodong...(*)

Kamis, 21 Juni 2012

PRESS RELEASE: Citi berbagi solusi cerdas kepada UKM untuk tingkatkan akses keuangan


Press Release:

Citi berbagi solusi cerdas kepada UKM untuk tingkatkan akses keuangan dalam Lokakarya dan Program Pembinaan untuk UKM


Jakarta, 20 Juni 2012  – Usaha Kecil dan Menengah (UKM) adalah penopang perekonomian bangsa. Di saat perekonomian dunia sedang terkena imbas krisis finansial, Indonesia bertahan karena didukung oleh geliat UKM yang bangkit memutar roda pereknomian. Melihat pentingnya peranan UKM sebagai aktor bisnis yang strategis, US-ASEAN Business Council bekerja sama dengan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah menyelenggarakan lokakarya yang berjudul “ASEAN Small & Medium Enterprises (SMEs) Training Workshop”. Sejumlah UKM hadir untuk menyimak ulasan yang disampaikan para anggota US-ASEAN Business Council mengenai cara-cara mengembangkan usaha dalam rangka menyongsong pasar regional dan global.

Lokakarya yang dibuka oleh Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, Dr. Syarifuddin Hasan, MM, MBA tersebut, bertujuan untuk memberikan solusi dan akses bisnis yang belum tersedia bagi UKM di ASEAN serta menghubungkan UKM-UKM dengan para profesional yang memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas di bidangnya melalui program mentoring dengan para anggota US-ASEAN Business Council. Dengan turut mengembangkan UKM di ASEAN, lokakarya dan program mentoring tersebut diharapkan akan membantu tercapainya pertumbuhan kelas menengah di ASEAN yang inklusif, meluas, dan berkelanjutan.

“UKM adalah darah kehidupan di ASEAN. Tantangan yang dihadapi UKM dalam mengembangkan usahanya adalah tantangan bagi kita semua. Jika UKM sukses, maka kita semua ikut sukses,” jelas Sam Kim, Ketua Komite ASEAN untuk US-ASEAN Business Council, dalam sambutannya, “Program yang kami selenggarakan di Indonesia ini adalah program percontohan yang ingin kami replikasi di seluruh ASEAN. Melalui partisipasi perusahaan-perusahaan terkemuka AS yang ahli di bidangnya, kami ingin berbagi pengetahuan dengan para UKM sehingga mereka dapat mengembangkan usahanya. Selain itu, kami juga dapat belajar banyak dari para UKM, khususnya dalam hal inovasi.”

Perusahaan-perusahaan yang hadir untuk berbagi wawasan dalam lokakarya sekaligus menjadi mentor bagi para UKM, antara lain Procter&Gamble dalam hal bagaimana mendayagunakan fungsi pemasaran untuk bisa berkembang di tingkat regional dan global, United Parcel Service of America (UPS) dalam optimalisasi akses pasar, Intel dan Yahoo! dalam pengembangan perencanaan usaha, Microsoft dan Seagate dalam hal penggunaan teknologi informasi dan telekomunikasi, serta Citi yang berbagi dalam bidang akses finansial dan layanan finansial.

Citibank Indonesia sendiri memiliki sebuah divisi khusus yang menangani kebutuhan perbankan perusahan dengan skala menengah. Divisi yang dinamakan CitiBusiness tersebut menyediakan solusi-solusi perbankan yang bertujuan untuk mengembangkan bisnis nasabah dengan memanfaatkan sistem dan teknologi yang dirancang khusus untuk memenuhi kebutuhan perusahaan dengan skala menengah.

“Melalui solusi perbankan modern yang terintegrasi, kami berupaya membantu para UKM dalam meningkatkan nilai tambah bagi usaha mereka,” jelas Vivian Widjaja, Senior Vice President, CitiBusiness Head dari Citibank Indonesia.

Menurut Vivian, “dengan memanfaatkan teknologi, layanan, dan produk perbankan yang inovatif, para UKM dapat mengalokasikan sumber daya yang mereka miliki secara lebih efisien untuk fokus kepada pengembangan bisnis utama mereka.” “Hal ini penting karena efisiensi adalah kunci menumbuhkembangkan bisnis, dan perkembangan usaha yang lebih baik berarti turut membaiknya kondisi keuangan bisnis tersebut.” Vivian juga menjelaskan bahwa kondisi keuangan yang stabil akan membukakan pintu bagi UKM untuk mendapat akses terhadap pinjaman modal yang lebih besar lagi dari berbagai lembaga keuangan yang ada.

Di akhir lokakarya tersebut, seluruh UKM yang hadir mendaftarkan diri untuk ikut program mentoring bersama para anggota US-ASEAN Business Council. Tujuan pembinaan tersebut adalah untuk membantu memastikan hal-hal yang dipelajari selama lokakarya dapat diterapkan dalam keseharian usaha mereka agar UKM di negeri ini bisa lebih maju lagi.(*)

PRESS RELEASE: Kunci Sukses KUR Mikro BRI


Press Release:
4 Kunci Sukses Lonjakan KUR Mikro BRI

Jakarta (21 Juni 2012) - Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro BRI tumbuh pesat dari Rp 3,4 triliun di tahun 2009  hingga di bulan Maret 2012 telah mencapai Rp. 11.6 triliun. Terjadi lonjakan penyaluran KUR Mikro sebesar Rp 8,2 triliun.

Apa rahasianya? Direktur Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Bank BRI Djarot Kusumayakti bilang, Bank BRI sejak awal telah meletakkan fondasi yang kokoh bagi pertumbuhan bisnis mikro yang berkualitas.  Hal tersebut sangat terlihat dari kualitas kredit KUR yang sangat bagus.  Dari total realisasi di atas, non performing loan (NPL) atau kredit bermasalah KUR Mikro BRI hanya sebesar 2,51% atau jauh dibawah rasio yang ditetapkan Bank Indonesia (BI) sebesar 5%.

Selain itu, pihaknya juga melakukan revitalisasi dalam empat hal.

“Pertama, kami menambah jumlah nasabah baru melalui KUR.  Tahun 2009, Nasabah KUR Mikro kami hanya 1,344 juta nasabah. Sekarang menjadi 1,968 juta nasabah,” ujar Djarot.

Djarot mengatakan, sebagian nasabah KUR Mikro ini sudah bermigrasi ke kredit mikro  Komersil.”Mereka loncat ke sana sebab kemudian usahanya bagus dan makin bankable. Sangat menggembirakan,” papar Djarot. Terlihat dari tahun 2009 dimana hanya terdapat 301ribu nasabah KUR yang bermigrasi, per Maret 2012 sudah ada 563ribu nasabah KUR Mikro yang bisnisnya sudah jauh berkembang dan makin menguntungkan, yang akhirnya bermigrasi ke Kredit Mikro Komersil.

Kunci kedua adalah BRI meningkatkan akses ke nasabah KUR BRI. “Kami melakukan ekspansi outlet untuk memperluas penetrasi pasar. Bukan di area itu-itu saja, tapi benar-benar di wilayah-wilayah baru,” ujar Djarot.

Dia mengatakan, outlet yang tersebar dan layanan bagi nasabah yang lebih mikro akan memberikan akses keuangan yang lebih luas untuk mendukung pengembangan wirausaha mikro. Outlet tersebut baik berupa kantor unit BRI, Teras BRI, maupun Mobile Teras BRI (Teras Keliling).  ”Pada 2009, kantor unit BRI sebanyak 4.538 buah, namun pada Maret 2012 sebanyak 4.849 buah atau hampir 5.000 unit. Begitu juga dengan Teras BRI. Pada 2009, Teras kami hanya 217 Teras. Pertumbuhanya sangat fantastis yakni menjadi 1.348 Teras. Berarti dalam kurun waktu hanya 2,5 tahun kami membangun 1.131 Teras,” ujar Djarot.

Ditambah terobosan baru, Mobile Teras BRI (Teras BRI Keliling) sebanyak 101 buah. “Teras keliling ini merupakan unit kerja BRI yang bersifat mobile sehingga dapat memberikan layanan transaksi perbankan di lokasi-lokasi potensial yang belum terjangkau oleh unit kerja (Uker) konvensional BRI terutama di pasar rakyat,” terang Djarot.

Ketiga, BRI memperbanyak sumber daya manusia dengan merekrut  mantri (Account Officer kredit mikro) baru.  “Untuk dapat menyalurkan pinjaman mikro dengan lebih baik dan prudent, sejak setahun terakhir BRI melakukan percepatan didalam perekrutan pekerja pemasar kredit mikro,” imbuh Djarot.

Hasilnya bila pada 2009,  BRI hanya sebanyak 7.373 mantri (AO), pada 2012, perseroan sudah memiliki 12.354 mantri. “Berarti kami sudah merekrut sebanyak 4.981 mantri dari 2009 lalu. Sekaligus membuka lapangan kerja baru sebanyak itu,” ujar Djarot.

Bank BRI juga terus meningkatkan kapasitas outlet. Diutarakan Djarot, selain ektensifikasi melalui ekspansi,  langkah revitalisasi juga dilakukan dengan meningkatkan kapasitas penyaluran kredit per outlet. Caranya, BRI menambah jumlah mantri untuk masing-masing outlet sehingga akan dicapai kapasitas produktifitas penyaluran kredit per outlet yang optimal.(*)

Rabu, 20 Juni 2012

BISNIS: Jualan Nanas

Nanas kupas siap dijual (iin solihin)
Suatu siang di Samarinda. Hari itu, panas terik. Sembari memandang Jembatan yang membentang diatas Mahakam, saya perhatikan cukup banyak pedagang nanas. Berbeda dengan nanas Subang yang lebih kecil, atau nanas Bogor yang agak membulat. Nanas di sini tumbuh jumbo dan merona kuning keemasan.

Melihat bentuknya yang menggiurkan, pantas saja harganya cukup lumayan. Setelah saya cicipi ternyata rasa manis segar mengakhiri rasa curiga mengenai nanas semprotan bahan pemanis buatan. Ini asli man...!

Manisnya asli 100 persen. Kuningnya bukan pewarna buatan. Ukurannya yang bongsor sudah bawaan alam. Hanya untuk menghabiskan rasa penasaran, saya beli sekerat saja. Dua ribu saya bayar. Banyak juga yang membeli cara saya. Selain gak repot (kalau satuan kan harus dikupas dulu), mulusnya nanas sudah pasti ketahuan.


Kebanyakan penjual nanas di tepian Mahakam adalah ibu-ibu. Dengan beralaskan nampan plastik bulat nanas kupasan dipajang cukup rapi. Jika ada lalat mampir diusir pakai kain. Cara lain menghindari binatang pembawa bakteri, nanas diutupi plastik. 


Seorang ibu ramah, mengungkapkan sedikitnya 20 buah nanas ia kupas setiap hari. Habis hingga menjelang sore. Satu butir nanas kupas dijual antara Rp 5-7 ribu. Satu kerat dijual rata-rata 2 ribuan. Lumayan, seharian 200 ribuan didapat. Laba bersih, 100 ribuan. 


Mengakhiri perbincangan sambil menyodorkan selembar 2 ribua, saya comot sekerat lagi. Saya pamit pada ibu penjual nanas. Saya tak menyesal mengobrol dengannya. Dan saya tak perlu beli minum dingin. Rasa segar dan manisnya nanas Samarinda masih membekas di saluran tenggorokan...(*)


Samarinda, November 2011
iin solihin @bakso malang citra



Selasa, 19 Juni 2012

HOBI: Marmut, Si Lucu Imut

Marmut (mures monti) yang lucu dan imut (iin solihin)
Marmut (mures monti) itu lucu, imut, dan pastinya bisa dipelihara. Seperti halnya binatang peliharaan, ia bisa mengerti kalau yang empunya menyayanginya. Cara peliharanya juga tak beda jauh dengan kelinci atau hamster. Beda jauh itu kalau dibandingkan dengan pelihara kerbau atau sapi...

Melihat bentuknya sih, hampir bisa dipastikan semua orang rata-rata menyukainya. Minimal tidak merasa jijik atau geli jika harus memelihara ular. Bulunya yang halus dalam balutan warna-warni yang menawan. Ada yang cokelat, hitam, putih, dan sebagainya. Bahkan ada yang memiliki kombinasi warna menawan.

Jenis-jenis marmut cukup beragam, diantaranya adalah American, Peruvian, Abyssinian, Abyruvian, dan hasil persilangan -- yang umumnya jauh lebih keren. Wataknya yang bersahabat, dan sifatnya yang jinak, membuatnya dinyatakan tidak berbahaya jika dipelihara oleh anak kecil. 

Meskipun sesama rodent (hewan pengerat), faktanya marmut dan tikus berbeda. Tikus cenderung lebih jorok, berbahaya, dan tidak bisa dikonsumsi. Sementara marmut sebaliknya. Jika kita pelihara dan dikawinkan, niscaya ia akan memberikan keturunan. Hasil dari 'pertemuan' itu biasanya selang 6 mingguan akan melahirkan anakan antara 3-6 ekor. Bahkan jika induknya sehat bisa lebih dari 6 ekor.

Menyoal makanan marmut, percayalah gampang sekali. Ia tak beda dengan kelinci. Sayuran, rumput, pelet, dedak adalah favoritnya. Bisa juga makanan sehari-hari manusia. Marmut dikenal sebagai binatang pengerat yang menjaga kebersihan. Maka itu, jika marmut dipajang atau dipamerkan nampak lebih indah, seperti paduan kelinci dan hamster.

Selamat berburu marmut...


Bogor, 19 Juni 2012
iin solihin @bakso malang citra

Minggu, 17 Juni 2012

DAFTAR MENU BAKSO MALANG CITRA, BOGOR



BISNIS: Memulai bisnis, berani mencoba

Photo: google.co.id

 Memulai Bisnis, Berani Mencoba!

Berani mencoba! Sepertinya resep ini mutlak diperlukan bagi pebisnis pemula. Banyak contoh pengusaha sukses, awalnya adalah keberanian mereka melakukan suatu usaha. Ada pengusaha populer yang dahulu kala diawali jualan telur keliling kampung. Ada lagi pengusaha yang masa kecilnya ikut membantu ibunya berjualan kue. 

Keberanian ditambah keuletan adalah harmoni yang baik untuk memulai bisnis. Lebih baik mencoba daripada tidak sama sekali. Mencoba tetapi gagal paling tidak sudah merasakan betapa sulitnya mencari uang, betapa sukarnya berinovasi, betapa rumitnya berbisnis. Lebih parah lagi jika seseorang mencoba pun tidak berani. Alasannya bermacam-macam. 

Takut gagal, takut diintimidasi pesaing, takut dibohongi karyawan, takut ditipu... dan masih banyak lagi. Wajar, jika ketakutan-ketakutan semacam itu muncul. Jangan mau mempertaruhkan dana, mau keluar malam-malam saja bagi sebagian orang masih memiliki rasa takut?

Namun percayalah, kalau kita punya niat sungguh-sungguh, berjalan di track yang benar, niscaya usaha kita akan membuahkan hasil. Bermula pasti kecil-kecilan. Perlahan tumbuh menjadi besar. Seperti juga para pengusaha sukses, mereka memulai dari usaha kecil-kecilan. 

Inovasi-inovasi muncul bersamaan dengan pengalaman dan tempaan medan. Lingkungan juga turut mendukung seseorang untuk tumbuh dan berkembang menjadi pengusaha sukses. Jangan lupa menjadi pengusaha harus memiliki mimpi yang bisa diwujudkan. Misalnya pebisnis kertas bekas, harus punya mimpi menjadi pengusaha pabrik pengolahan kertas daur ulang, punya percetakan dan sebagainya.

Photo: google.co.id
Jika hanya berkutat di satu pijakan usaha, itu bukan mental pebisnis, melainkan pedagang. Ada seseorang yang bertahun-tahun masih saja keliling kampung mendorong gerobak bakso. Di benaknya tak pernah ada mimpi menjadi pengusaha bakso sapi yang memiliki pabrik pengolahan daging sapi dan daging lainnya menjadi produk olahan yang bisa diekspor....

Yuk, mulai berpikir dari zona nyaman saat ini. Bagi pegawai tak ada salahnya mulai berpikir keluar dari kotak. Kerangka berpikir kita diubah, dari yang orientasi bekerja sebaik-baiknya, berkarir di jabatan struktural, mengidamkan kenaikan gaji dan seterusnya. Menjadi seseorang yang berinovasi tinggi, berorientasi laba, mencinptakan lapangan kerja, mengeksplorasi kekayaan alam menjadi bernilai tinggi. Atau bahkan mengolah limbah yang tak dilirik kebanyakan orang menjadi komoditi bernilai dan dicari banyak orang...(*)

Bogor, 17 Juni 2012
agronema solihin @baksomalangcitra

Kamis, 14 Juni 2012

BISNIS: Es Buah Pala, Segar Pelepas Dahaga...

 Es Buah Pala, Segar Pelepas Dahaga... Khasiat Sudah Fakta!

Sumber foto:google.co.id

Buah Pala. Mendengar namanya ingatan seseorang biasanya langsung pada rempah-rempah, atau manisan pala. Mau coba cara lain? Ini dia es buah pala...! Buah yang banyak khasiatnya ini dimodifikasi dengan gula pasir dan air putih. Untuk memberi efek segar, campurkan es batu. Wow... sensasi rasa segar bercampur hangat-hangat khas buah pala terasa nancap di lidah...

Menurut referensi buah pala konon memberi khasiat seperti  mengatasi sulit tidur( insomania), batuk berlendir, membantu pencernaan, menghilangkan kejang otot dll. Jadi meskipun sudah diolah menjadi es pala, khasiatnya dijamin tidak luntur.

Sumber foto: google.co.id
Berkaca dari kenyataan ini, Bakso Malang Citra (BMC) Bogor  mencoba menghadirkan menu minuman untuk melengkapi menu yang sudah lama hadir. Untuk satu gelas es buah pala kami tawarkan sangat terjangkau, hanya Rp 6.000 per gelas. Banyak konsumen berkomentar, awalnya mereka merasakan es buah yang aneh...

Namun seiring berjalannya waktu, mereka penasaran mencoba kembali, karena selain sensasi aneh tadi, ada sesuatu yang dirasakan sebagai sensasi luar biasa... Segar dalam balutan hangatnya khas buah pala. 

Cobalah rasakan. Daripada penasaran, lebih baik merasakan, bukan?



Bogor, 14 Juni 2012
iin solihin @bakso malang citra

Rabu, 13 Juni 2012

HOBI: Buah Kopi di Pinggi Kali

Buah kopi (coffea arabica L.) - foto: iin solihin
Pernah mengalami masa kecil yang menyenangkan? Masa kecil itu, sampai kini masih terngiang, ibarat flashback sebuah film, jika diputar begitu mengasyikkan. Saya punya cerita, saat itu baru 7 tahun, 1 SD. 

Setiap pulang sekolah melewati kali (sungai kecil) dan sawah. Sering saya lihat para petani asyik berbenah. Mengalirkan air irigasi sampai ke daerah terendah. Senyum mereka begitu sumringah. Pekerjaan bukanlah beban melainkan ibadah.

Sehabis petak sawah terakhir pastilah sungai kecil mengalir. Saya harus lewat jembatan bambu melintasi sungai kecil itu. Tak ada jalan lain, dan aib besar kalau saya turun ke sungai itu hanya untuk menghindari jembatan bambu. Jembatan itu justru dibikin supaya anak-anak sekolah tidak kerepotan jika pulang dan pergi dari sekolah di seberang ujung sawah.

Di pinggir kali dekat jembatan bambu itu persis tumbuh serumpun kopi. Buahnya lebat setiap musim tak terlewat. Saya terpesona pada buah yang sama sekali jarang disentuh sewaktu masih mentah. Namun setelah matang memerah, bukan main itu buah jadi bertuah. 

Buah-buah yang ranum itu, setiap berangkat sekolah seringkali menggoda saya untuk melahapnya. Tapi apa daya, penolakan demi alasan kesehatan dan ketidakwajaran makan buah kopi mentah, saya lewat sambil mendegut ludah. Ternyata eh ternyata, buah yang matang itu kerap dimakan hewan bernama luwak! Pantas saja, setiap hari itu buah kopi sepertinya semakin berkurang. Padahal gak ada seorang pun berani memetiknya. Pohon kopi itu numbuh di kebun luas milik seorang pemuka agama terkenal, semua warga hormat pada beliau....

Singkat cerita... saya pernah lewat kebun itu setelah dewasa. Sungai kecil masih seperti dulu, hanya airnya tak sebening dulu lagi. Jembatan bambu sudah pensiun, diganti jembatan beton hasil swadaya masyarakat dibantu dana sebuah LSM. Kebun pemuka agama masih asri, hanya saja kini dipagari kawat berduri, dahulu hanya pagar bambu diselingi pohon singkong.

Pohon kopi masih tersisa, sepertinya sudah renta. Tinggal beberapa pohon, itupun hanya yang di pinggir kali. Kata tukang angon sudah ditebang, karena banyak maling menerjang. Buah kopi untuk luwak habis diambil orang. Luwak yang sukses mengkonversi buah kopi utuh menjadi kopi enak kini menghilang. Lari ke gunung mencari kehidupan yang tenang.

Saya masgul, ketika melintas jembatan beton. Menatapi buah kopi yang tak lagi berseri. Hanya satu dua yang memerah, selebihnya masih hijau. Dulu, bunga kopi memancarkan keharuman menawan, sebagai terapi relaksasi menjelang ujian... Kini tinggal kenangan.

Saya rindu buah kopi di pinggir kali...!

****
iin solihin @bakso malang citra, bogor  
*) Cerita kenangan masa kecil

BISNIS: Es Lobi-lobi, menu baru Bakso Malang Citra

Sumber: Google gambar
Es Lobi-Lobi... ada yang tahu? Atau malah pernah mencicipinya? Jika ya syukurlah, kalau belum gak apa-apa juga. Es ini boleh dibilang uang kuno, alias barang langka. Buah lobi-lobi saja sudah jarang ketemu. Nah, ini lagi disulap jadi es...

Bakso Malang Citra (BMC) Bogor mencoba menghadirkan buah langka ini kedalam menu menyegarkan. yaitu Es Buah Lobi-Lobi. Berbeda banget sama lobi-lobinya para politisi atau pejabat karir... Lobi-lobinya mereka menghasilkan ide, buah pikiran, proyek-proyek baru, bahkan fulus milyaran.
Sumber: femina.co.id

Yang ini kecil-kecilan. Hanya segelas es buah lobi-lobi harganya Rp 7.000 per gelas. Dijamin puas. Segar di tenggorokan... melebihi air terjun pegunungan. Mau tau rasanya? Kira-kira seperti ini deskripsinya. Manis, asam, segar... Buah lobi-lobi yang matang berwarna kemerahan, direndam air gula setelah diremukan. Diberi air bersih/dingin, dan es secukupnya... Slurfff... seruput... 

Hemh... segaaarrr!

Direktori:
Bahan baku es lobi-lobi:
1. Buah lobi-lobi matang
2. Gula pasir bersih
3. Air bersih/matang (dingin)
4. Es


iin solihin @Bogor Entrepreneur - dari berbagai summber

Selasa, 12 Juni 2012

HOBI: Suatu pagi di Villa Ratu, Bogor

Pagi bening di kota hujan. Sisa hujan tadi malam masih menyisakan titik air menempel di dedaunan. Bau tanah lembab mulai meruap seiring matahari menyeruak dari belahan timur. Perjalanan kali ini menuju kawasan Pancawati, kawasan timur Bogor...

Keluar dari pintu tol Jagorawi saya dan rombongan outbound langsung menuju kawasan Ciawi. macet sedikit terlewati, 6 bus ukuran besar meliuk-liuk diantara padatnya arus lalu lintas jalanan sempit menuju Sukabumi.

Setelah kelokan Caringin, perjalanan sesungguhnya baru terasa! Ibarat ular, jalan kecil menuju Villa Ratu meliuk-liuk. Untunglah sepanjang perjalanan panorama desa sukses menyihir kami dari kota... Segar udara gunung, sejuk angin semilir, cerah udara pagi... Gadis-gadis desa tersenyum menyapa pagi bening...

Wow Villa Ratu! Dijamin disini tak ada ratu, apalagi raja. Kita semua sama. Penat terobati demi merasakan nyamannya area outbound. Permainan dimulai, 2 hari tak bisa dipungkiri. Kebersamaan lebih baik...! 


Kota Hujan, 2012



BISNIS: Berbisnis di Kawasan Kampus

Jualan di Lingkungan Kampus... Kenapa tidak?



Senin, 11 Juni 2012

BISNIS: Bakso Malang Citra, Tempat kuliner di kota hujan...

Bakso Malang Citra kini hadir di Bogor...


 

Bakso Malang CITRA

Bakso Malang Citra (BMC) menjadi tempat kuliner favorit di kawasan Taman Yasmin, Bogor. Bukan saja harganya yang terjangkau, tetapi lebih kepada cita rasa yang pas di lidah…

BMC berbeda dengan kebanyakan bakso malang umumnya. Di BMC bakso urat yang terasa empuk, renyah di lidah, asli daging sapi. Bakso halus yang gurih berselera...

Masih ada lagi, Bakso rebus alias siomay yang menggugah rasa, Bakso goreng rasa ayam yang yummy... Tahu dibalur siomay, dan Pangsit dengan kerenyahan tiada tara...


Pempek Asli Palembang

Sebagai menu pendamping kami menghadirkan pempek asli Palembang. Didatangkan khusus dari kota Pempek. Saat ini jenis pempek yang kami jual adalah:
1. Kapal Selam
2. Lenjer
3. Telor
4. Ada'an (ikan)
5. dll.

Pempek ini asli buatan wong Palembang sebagai industri rumahan. Dipasarkan di Jakarta oleh pebisnis sambilan, menyusup ke kantor-kantor… Rasakan kelezatannya…!

Soto Ayam dan Soto Daging

Soto Ayam dan Soto Daging... paling mudah ditemukan di kota hujan. Di BMC kami mencoba melengkapi menu dengan soto: bening dan santan. Harga dijamin gak perlu merogoh kocek sampai dalam.

Minuman Khas...
Ada yang lain di BMC.... Gak lengkap makan gak sama minum...
Nah, BMC menyediakan minuman khas dan umum:

1. Jus Jeruk
2. Jus Melon
3. Jus Jambu
4. Jus Strowberry

5. Es Buah Pala
6. Es Lobi-Lobi

7. Iced Blend
8. Minuman ringan (es teh manis, es lemon tea dll)


 
Kami ada disini:
   Bakso Malang CITRA, Ruko Taman Yasmin
   Jl. Wijaya Kusuma Raya No.3A Sektor I
   (Sebelah Yomart/Apotik Yasmin) Bogor
   Pesanan: 0251-4021535, 085691324539