Kamis, 26 Juli 2012

BISNIS: Jualan Keripik atau Makanan Ringan

Stock Keripik siap dikemas ulang (iin)
Keripik atau sering disebut sebagai snack alias makanan ringan, ternyata banyak penggemarnya. Terbukti, sampai saat ini pebisnis keripik tetap eksis dan bahkan terus bertambah. Memang, hanya yang mampu berkreasi dan berinovasilah yang bertahan dan terus berkembang.


Menyebut contoh, di kawasan Kalibata ada usaha rumahan namanya Krispisnack. Di Bogor ada usaha sejenis namanya Terminal Snack, harga serba Rp2.500. Siapa sangka dari harga "hanya" Rp2.500 pebisnis ini menjalankannya dengan kesungguhan?

Cara jualan keduanya berbeda dari kebanyakan pebisnis keripik pada umumnya. Mereka sudah berkreasi dan inovasi pemasaran. Meski sederhana, dampaknya luar biasa. Produk mereka cepat dikenal pasar.


Lihat Saja Terminal Snack, lebih dari 4 gerai ada di Bogor. Setiap hari mobil yang disulap khusus untuk mendistribusikan makanan ringan serba goreng itu dialirkan ke beberapa gerai. Begitupun KrispiSnack, bedanya ia lebih kepada usaha rumahan, dengan membuat web dan menerima reseller. Namun melihat stock di  belakang rak display, saya yakin omzetnya lebih dari lumayan.


Tidak terlalu rumit memulai usaha ini. Produsen snack ada dimana-mana. Konsumennya hampir merata di segala usia. Harga masih terjangkau untuk semua strata. Yang menjadi kendala biasanya kemauan, niat sungguh-sungguh berbisnis, dan modal tentunya. 


Untuk modal, masih bisa disiasati. Memulai usaha kan tidak harus dengan modal besar? Niat dan action sepertinya harus diutamakan. Cobalah memulai, untung atau rugi pasti ada hikmahnya. Gagal bukan masalah, masih bisa bangkit asal tetap semangat. 


Mereka yang gagal total adalah yang sama sekali tidak bertindak. Jika tidak melakukan apa-apa, maka tidak akan tahu apa yang akan terjadi...(*)

Bogor, 26 Juli 2012
iin solihin @bakso malang citra

Rabu, 18 Juli 2012

PRESS RELEASE: Pemenang IYCE Awards 2012

INI DIA DUA PEMENANG
INTERNATIONAL YOUNG CREATIVE ENTREPRENEUR (IYCE) AWARDS 2012

Jakarta, 16 Juli 2012 – Setelah empat hari melalui proses karantina dan penjurian ketat, akhirnya terpilih dua (2) pemenang International Young Creative Entrepreneur (IYCE) Awards British Council 2012 pada Awarding Night IYCE Awards 2012 di Balairung Soesilo Soedarman, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sabtu, 14 Juli 2012. Kedua pemenang berhasil menyisihkan 18 finalis lainnya memperebutkan juara untuk kategori Kategori Desain dan Fesyen dan Kategori Film dan Interaktif.

Pemilik CV De Tanjung Indonesia Dewi Tanjung (17 Mei 1978) terpilih menjadi pemenang IYCE Awards 2012 untuk Kategori Desain dan Fesyen sementara Penulis blog dan pemilik UP! Shoes Diana Rikasari (23 Desember 1984) menjadi pemenang untuk Kategori Film dan Interaktif.

Dewi Tanjung pertama kali mengembangkan usahanya hanya dengan bermodalkan 50 ribu rupiah. Bisnisnya berdiri tahun 2003 dan bergerak dalam memproduksi kerajinan tradisional, kartu undangan pernikahan, dan souvenir. Dalam memproduksi kerajinan tradisional ini, Dewi mengkhususkan diri pada penggunaan barang daur ulang seperti botol, kain perca, dan dedaunan kering. Ia memberdayakan komunitas wanita di perkampungan Banjararum dan penjara wanita Sukun. 

Dewi juga sebelumnya merupakan pemenang Wirusaha Muda Mandiri 2010 kategori Industri Kreatif. Saat ini, CV De Tanjung telah melayani lebih dari 1.200 klien dalam dan luar negeri, seperti  London, Paris, Adelaide, New York, Amsterdam, Arizona, dan Kuala Lumpur. Produk De Tanjung telah menjadi buah tangan Malang favorit selebriti dan tokoh terkemuka Indonesia.
 
Sementara pemenang untuk Kategori Film dan Interaktif Diana Rikasari membuat terobosan dalam industri fashion e-commerce untuk lini sepatunya dengan menggunakan media digital dan internet. Berpengalaman lima tahun sebagai penulis blog Indonesia terkenal bertajuk Hot Chocolate and Mint (http://dianarikasari.blogspot.com) membuat Diana terlibat aktif dalam belajar memahami dan menginspirasi pembacanya. 

Ini pula yang mengantarkan bisnisnya menjadi salah satu Top 50 Usaha Kecil Menengah Go Online 2012 versi majalah Marketers. Toko online UP! tidak hanya memberikan pengalaman berbelanja yang cepat dan menyenangkan, namun juga meyediakan ruang yang bisa dinikmati oleh pengunjungnya, seperti mengunduh wallpapers, ring tone dan tema handphone gratis, penyediaan konsultasi mengenai ukuran, desain dan bahkan kepemilikan halaman profil sendiri. 

Lebih dari sekedar usaha sepatu, UP! sukses membangun sebuah komunitas. Kepeduliannya pada masyarakat, terutama anak-anak yang membutuhkan pendidikan dibuktikan melalui program beasiswa Level UP!.

Para pemenang berkesempatan mendapatkan pendanaan proyek dari Inggris dan/atau Indonesia dan berkunjung ke Inggris selama tujuh hari. Disana, mereka akan bertemu dengan wirausahawan kreatif muda lainnya dari 27 negara; berjejaring dengan pemuka industri di Inggris, berpartisipasi dalam kegiatan masterclass eksklusif, dan kesempatan untuk mempromosikan usaha kreatif mereka dalam festival internasional.  

British Council akan membuka akses seluas-luasnya kepada para pemenang untuk berkolaborasi secara internasional. Diharapkan, ini dapat mempercepat hubungan mereka dengan para pelaku industri, para agen di Inggris, mitra dan penanam modal bersama YCE. (*)

Jakarta, 18 Juli 2012

Senin, 16 Juli 2012

ENTREPRENEUR: Entrenpreneurship dalam koperasi

KENAPA sebagian orang masih enggan menjadi anggota koperasi? Banyak alasan yang disampaikan. Ada yang bilang males ah, nggak elite. Koperasi identik dengan usaha kecil-kecilan. Koperasi ketinggalan jaman. Koperasi hanya cocok buat orang desa, orang kecil atau lebih cocok buat para petani...

Alasan-alasan di atas tidak salah, karena mereka masih salah persepsi memandang koperasi. Padahal kalau kita melihat perkembangan perkoperasian di Indonesia, bahkan di dunia sangat pesat. Negara yang memiliki banyak lembaga koperasi ternyata tahan terhadap krisis keuangan.

Misalnya Inggris, Cina, Kanada adalah negara yang memiliki banyak koperasi. Bahkan Kanada menjadi salah satu negara yang kokoh berkat koperasi. Memang koperasi adalah lembaga perekonomian bebasis kekeluargaan. Tujuan koperasi rupanya sejalan dengan UUD 1945 pasal 33 (1) yang bebunyi: "Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas azas kekeluargaan."

Bertolak dari pasal tersebut, sejatinya koperasi ditujukan untuk mencapai kemakmuran dan kesejahateraan pada angotanya. Jadi jangan salah kaprah, jika menjadi anggota koperasi jangan hanya berharap pembagian SHU (sisa hasil usaha) yang hanya sekali dalam setahun. Namun yang lebih penting sudah seberapa besar tingkat kesejahteraan dan kemakmuran para anggotanya. SHU itu bisa besar/kecil tergantung pada tingkat partisipasi dan keaktivan anggota.

Jika anggota sering melakukan transaksi di koperasi maka otomatis SHU akan besar. Sisi lain yang tak kalah menarik jika ingin koperasi maju, adalah peran pengurus, pengawas dan pemilik  koperasi yaitu anggota. Ketiganya adalah stakeholders. Mereka mestinya memiliki jiwa dan wawasan luas tentang entrepreneur. 

Dengan memiliki jiwa dan semangat berwirausaha, niscaya koperasi akan maju dan tumbuh ekspansif. Koperasi sejatinya bisa menjadi inkubator bisnis, anggota bisa memproduksi suatu barang dan jasa, lalu dijual di koperasi. Harga yang kompetitif, anggota yang lumayan banyak adalah pangsa pasar bagus buat memasarkan produk atau jasa.

Bahkan koperasi harus bisa melayani konsumen non anggota. Karena dengan cara itu koperasi bisa dikenal luas, dan lambat-laun orang tertarik untuk menjadi anggota koperasi. Koperasi yang baik bukan saja yang mampu menyediakan dan melayani segala kebutuhan pokok anggota. 

Koperasi yang hebat adalah koperasi yang bisa menghimpun dana anggota dan mengelolanya dengan cara akuntabel, transparan dan bisa dipertanggung jawabkan. Anggota senang menyimpan dana di koperasi karena jasa (bunga) yang ditawarkan minimal sama dengan bunga bank. Sementara kelebihan menabung di koperasi, adalah dana tersebut dimanfaatkan oleh sesama anggota koperasi. Jadi sisi tolong menolong lebih dikedepankan dibanding lembaga keuangan non koperasi.

Mari berwirausaha melalui koperasi. Kembangkan jiwa dan semangat entrepreneurship kita melalui koperasi. Lebih mudah dilakukan karena berwirausaha di jalur koperasi tidak dilakukan sendiri. Bersama pasti bisa....!

Bogor, 16 Juli 2012
iin solihin @bakso malang citra.

Kamis, 12 Juli 2012

PRESS RELEASE: 20 Finalis Wirausahawan Muda Indonesia


International Young Creative Entrepreneur (IYCE) Awards 2012-2013
TELAH TERPILIH 20 FINALIS WIRAUSAHAWAN KREATIF MUDA INDONESIA 


 Jakarta, 12 Juli 2012 – Telah terpilih 20 wirausahawan kreatif muda Indonesia untuk memperebutkan posisi juara pada IYCE Awards British Council 2012-2013. Selama empat hari, 11-14 Juli 2012, 20 finalis akan mengikuti proses karantina dan serangkaian kegiatan bertujuan meningkatkan kapasitas dan keterampilan dalam memperluas jaringan usaha mereka. 

Kompetisi IYCE merupakan kompetisi tahunan terbuka bagi wirausahawan muda yang mampu menggabungkan kesuksesan bisnis, pencapaian kreatif, misi sosial, dan antusiasme untuk berkolaborasi secara internasional. Kompetisi ini membuka peluang bagi wirausahawan kreatif muda Indonesia untuk menjajal pasar Inggris yang merupakan pintu gerbang ke Eropa.
 
Tahun ini kompetisi IYCE terbuka untuk dua (2) kategori: Kategori Desain dan Fesyen dan Kategori Film dan Interaktif. Dua kategori ini merepresentasikan industri paling berkembang pesat baik di Inggris dan Indonesia. Dari ratusan aplikasi yang masuk, terlampir 20 nama sebagai finalis IYCE Awards 2012-2013.

Apa yang membedakan IYCE Awards British Council 2012 dari tahun-tahun sebelumnya? Pertama, kesempatan bagi para pemenang untuk mendapatkan pendanaan proyek besar dari Inggris dan/atau Indonesia. Kedua, pengembangan konsep “Malam Kewirausahawan Kreatif.” Lebih dari sekedar wacana mengumumkan pemenang IYCE Awards 2012, acara ini memberikan ruang bagi para finalis untuk speed networking, presentasi, dan berbagi pengalaman dengan para pemenang IYCE sebelumnya dan wirausahawan sukses lainnya. Ketiga, kesempatan bagi para pemenang untuk berkunjung ke Inggris. Tahun 2012, British Council akan mempertemukan YCE Inggris dengan kelompok internasional. Kami membuka akses seluas-luasnya kepada para pemenang untuk berkolaborasi secara internasional. Diharapkan, ini dapat mempercepat hubungan mereka dengan para pelaku industri; para agen di Inggris, mitra dan penanam modal bersama YCE.
 
Melalui kunjungan singkat ke Inggris selama tujuh hari, wirausahawan kreatif muda lainnya dari 27 negara akan berjejaring dengan pemuka industri di Inggris, berpartisipasi dalam kegiatan masterclass eksklusif, dan berkesempatan untuk mempromosikan usaha kreatif mereka dalam festival internasional.
 
Khususnya mulai 2012, British Council menyediakan skema pendanaan atau Seed Funding. Tahun ini, British Council menyediakan pendanaan kepada dua alumni IYCE sukses: Wahyu Aditya dan Yoris Sebastian. Mereka  akan merancang sebuah proyek yang akan membantu menanggulangi masalah sosial dan ekonomi di Indonesia. Diharapkan, kolaborasi mereka dengan seniman terbaik Inggris dapat memberi khasanah baru pada pembangunan kreatif ekonomi negeri ini.

Direktur Program British Council Mark Crossey mengatakan, ”British Council bermitra dengan pemain utama dalam sektor industri kreatif di Indonesia untuk memperluas jangkauannya terhadap generasi penerus, para inovator muda, sekaligus pemuka industri kreatif. Kolaborasi ini diharapkan dapat memungkinkan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan sosial di Indonesia sekaligus membantu memperluas jaringan industri ekonomi dan kreatif global.”

Sederet nama besar menjadi perwakilan Dewan Juri IYCE Awards 2012. Diantaranya Direktur Utama Femina Group Svida Alisjahbana, Pemimpin Redaksi Majalah Dewi Ni Luh Sekar, dan perancang busana ternama Indonesia Biyan Wanaatmadja untuk kategori Desain dan Fesyen. Mewakili Kategori Film dan Interaktif sejumlah nama seperti Presiden Direktur Multiply.com Stefan Magdalinski, dan Chief Information Officer PT Telkom Indonesia Indra Utoyo. British Council juga mendatangkan Steve Taylor, pakar kewirausahaan Inggris sebagai juri dan pelatih selama proses karantina. 

Para pemenang IYCE Awards 2012-2013 akan diumumkan pada Awarding Night IYCE Awards 2012 di Balairung Soesilo Soedarman, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada 14 Juli 2012, mulai pukul 18.45-selesai.(*)


Jakarta, 12 Juli 2012
iin solihin @bakso malang citra

Selasa, 10 Juli 2012

CERPEN: Tiga Penjual Sapu



TIGA PENJUAL SAPU
OLEH : IIN SOLIHIN


Musim gugur yang paling dinantikan oleh seluruh penduduk kerajaan  Ayodia telah tiba. Namun bagi Raja Aleida, musim gugur kali ini merupakan musim yang menyedihkan. Betapa tidak, ia harus berpikir keras bagaimana caranya membersihkan halaman istana yang sangat luas itu setiap hari.

Seminggu sebelum musim gugur tiba, Pak Andaru, kepala kebersihan istana, pensiun karena sudah uzur dan sakit-sakitan. Celakanya musim gugur kali ini begitu dahsyat. Daun pada pepohonan di halaman istana berguguran. Saking kencangnya angin bertiup, tidak hanya daun kering yang berguguran, daun-daun hijau pun berjatuhan. Tentu saja keadaan
ini membuat istana menjadi kotor.

Melihat situasi seperti itu, Raja segera menitahkan Mahapatih Gazdera untuk mencari tukang sapu di berbagai pelosok negeri. Raja membutuhkan 42 sapu yang akan digunakan untuk membersihkan halaman istana oleh 21 pembersih istana.

Sapu-sapu yang ada ternyata tidak lagi memadai. Kalaupun ada, sapu-sapu tersebut umumnya sudah tua, atau tidak cocok lagi untuk menyapu sampah yang kianmenggunung. Akhirnya Mahapatih Gazdera berkeliling ke beberapa tempat. Setelah dua minggu, barulah ia menemukan tiga penjual sapu.

Mereka ini penjual sapu terkenal di kerajaan Ayodia. Penjual sapu pertama adalah seorang bapak tua. Ia tinggal di sebuah desa di tepi hutan.Tetapi ketika ditanya oleh Mahapatih Gazdera berapa harga sapunya, dengan tidak bersemangat ia mengangkat bahu.

"Sapu-sapu ini tidak dijual. Sudah ada yang pesan," jawabnya sambil memberesi barang dagangannya. "Nanti sore akan diambil," katanya lagi.

Namun, ketika matahari semakin condong ke arah barat, tak seorang pun datang menghampirinya. Sebenarnya ia telah berbohong. Ia tak yakin Mahapatih Gazdera akan membeli sapu dalam jumlah banyak. Selama ini ia memang tidak melayani eceran.

Mahapatih Gazdera berlalu. Ia menuju pedagang sapu kedua, tak jauh dari bapak tua tadi. Hatinya senang ketika pedagang sapu itu menyambutnya dengan senyum.

"Sapunya masih ada, Pak?" tanya Patih Gazdera sambil tersenyum.
"Masih, Pak. Bapak perlu berapa?" tanyanya sambil memperlihatkan
sapu-sapu hasil karyanya. Sapu-sapu itu bagus dan beragam corak serta warnanya.
"Saya membutuhkan 42 sapu untuk membersihkan halaman istana," ujar Mahapatih.
Pedagang sapu itu tersentak kaget. "Bapak dari istana?"
Ia mengiyakan. "Saya Patih Gazdera. Raja menitahkan saya untuk mencari sapu."
Lama pedagang sapu itu berpikir. Kemudian ia berkata.
"Tetapi, maaf beribu maaf Mahapatih, sapu-sapu ini sudah ada yang pesan. Mungkin besok atau lusa Mahapatih bisa datang ke sini.

Saya akan siapkan sapu-sapu sesuai pesanan istana," katanya sambil berharap Mahapatih Gazdera tidak marah.Ia tak yakin istana akan membayarnya. Menurut dia, Raja bisa saja
mengambil sapu sesuka hati, dan ia tidak mendapat bayaran sepeser pun.

Sapu-sapu itu dibuanya dengan susah payah, ia tak rela jika seseorang mengambilnya, termasuk Raja sekalipun.

Sambil tersenyum Mahapatih Gazdera berkata, "Tidak apa-apa Pak, kalau memang sudah ada yang pesan. Saya akan cari ke tempat lain saja. Mudah-mudahan dapat."

Bersorak gembira hati sang pedagang sapu itu."Akhirnya, sapu-sapu saya selamat dari rampasan istana," gumamnya.

Ia sempat khawatir Mahapatih Gazdera memaksa meminta sapu-sapunya. Malam telah tiba. Tetapi Mahapatih Gazdera tidak putus asa. Persis di seberang pedagang sapu kedua, ia melihat ada seorang bapak renta ditemani anak laki-lakinya berjualan sapu. Dengan terheran-heran ia hampiri pedagang sapu tersebut.

"Silakan masuk, Pak," kata anak laki-laki itu sambil menyorongkan sebuah kursi kayu. "Bapak mencari sapu?"
"Ya, saya mencari sapu. Saya membutuhkan 42 sapu."
"Wah, banyak sekali," sahutnya tak yakin. "Buat apa sapu sebanyak itu, Pak?" tanyanya polos.
"Maaf, saya tidak bisa menjawabnya sekarang. Hari sudah malam, saya harus segera pulang. Jika Bapak tidak keberatan, boleh saya bawa dulu sapu-sapu ini ke tempat saya? Saya janji, pasti dibayar," katanya berharap.

Dari pengalaman sebelumnya, ia tak ingin menyebutkan identitas. Tanpa berpikir panjang lagi, bapak renta itu segera mengiyakan.
"Silakan Bapak ambil dulu jika memang tidak membawa uang. Dibayar kemudian pun tidak apa-apa," ujarnya tulus.

Kemudian, "Tapi bagaimana caranya membawa sapu sebanyak ini?" katanya kebingungan.
Tiba-tiba anaknya menyahut, "Saya bisamembantu, Pak!"
Setelah sapu- sapu selesai dirapikan, Mahapatih Gazdera pulang. Sambil berjalan menyusuri jalan perkampungan, Mahapatih Gazdera tak henti-hentinya berdecak kagum kepada anak laki-laki itu. Meskipun masih kecil, tenaganya luar biasa. Seraya memikul sapu, anak itu tak henti-hentinya bersiul dan bernyanyi riang. Padahal hari semakin
malam.

"Nak, kamu tidak capek? Kalau capek, kita istirahat dulu," tawarnya.
"Tidak, Pak. Kalau diselang istirahat, saya suka ketiduran. Lebih baik jalan terus," jelasnya.
"Baiklah kalau begitu. Tak lama lagi juga sampai."
Tak lama kemudian mereka sampai di pintu masuk istana. Karena berjalan pada malam hari, anak laki-laki itu baru menyadari di mana kini dia berada. Belum hilang rasa kagetnya, ia segera diajak masuk oleh Mahapatih Gazdera.

Bukan main senangnya Raja ketika Mahapatih Gazdera mendapat sapu sesuai dengan keinginannya. Sapu- sapu itu sangat bagus, kuat, dan berwarna-warni pula. Raja Aleida pun menitahkan Mahapatih Gazdera agar bapak renta dan anak laki- lakinya itu dibawa ke istana untuk menjadi kepala kebersihan istana, sekaligus pembuat sapu di lingkungan kerajaan. (*)

Cerita anak ini dimuat di:
KOMPAS - Minggu, 01 Jul 2007 Halaman: 26

Selasa, 03 Juli 2012

CERPEN: Putriku Tersayang


PUTRIKU TERSAYANG
OLEH: IIN SOLIHIN


source: google.co.id
          Lagu Californication itu akhirnya berakhir. Entah benar atau tidak penyanyi itu menyebutkan kata californication seperti yang kutangkap. Aku  tidak tahu pasti. Bahasa Inggrisku tidak begitu baik. Tetapi  yang jelas aku tahu satu hal, yaitu bahwa anak-anak muda sekarang sudah tak mau lagi mengikuti “aliran” orang tuanya. Tidak ada “aliran” keturunan. Mereka memilih alirannya sendiri.
          Contohnya Californication ini. Aliran semacam ini kan sama sekali tidak tersentuh oleh aliran tua, seperti aku. Yah… aku tidak setua itu, sih. Rambutku masih sanggup mengikuti trend di majalah-majalah. Namun mengingat Kayla, putriku, aku merasa sangat tua jadinya. Begitu jauh jarak kami berdua. Aku tidak mengerti jalan pikirannya lagi. Aku tidak tau hal-hal yang dibicarakan. Aku bahkan tidak tertawa dengan lelucon-leluconnya yang menurutku tidak pantas keluar dari mulut mungilnya.
          “Ibu, mau lewat atas apa bawah?” si Yono mengagetkanku. Kesal juga karena dia tidak pernah punya inisiatif untuk memutuskan sesuatu sendiri. Seperti sekarang, dia menggangguku hanya untuk menanyakan apakah mobil kami akan masuk tol atau tidak. Di sore seperti ini mestinya dia bisa memperkirakan dong, yang baik untuk majikannya sekarang lewat mana. Mana yang lebih cepat, tidak macet, dan sebagainya.
          “Bu…”
          “Lewat atas!” hardikku agak kesal.
          Huh! Aku capek sekali. Tidak tahu apakah sekaarang suamiku ada di rumah bersama Kayla. Sebagai wartawan freelance, dia  memang tidak pernah bisa dipastikan waktu kerjanya. Tetapi aku benar-benar berharap dia ada di rumah malam ini. Aku mencemaskan putri tunggalku. Seandainya dia tahu betapa aku selalu memikirkannya. Aku yakin dia tak pernah menyadari hal itu. Makanya selama ini ia selalu menuntut ini itu seolah-olah aku sewaktu-waktu akan membiarkan ia diadopsi orang lain.
          Nah, radio anak muda ini mulai berisik lagi. Dua penyiarnya, satu laki-laki dan satunya lagi perempuan sedang tertawa-tawa membicarakan sesuatu. Aku baru saja  hendak menyuruh Yono mengganti saluran ketika masuk suara penelepon seorang perempuan ke radio itu.
          “X-radio.”
          “Halo, X-radio.”
          “Yak, siapa nih?”
          “Eng…Rere.”
          “Hai Re, lo masih sekolah?”
          “Iya.”
          “Oke deh Re. Mo curhat, nih?”
          Rere. Model yang pas untuk mewakili anakku Kayla. Inilah saatnya aku belajar mengerti anakku. Rupanya radiolah tempat  curhat remaja-remaja bermasalah itu.
          “Yeah…gitu deh.”
          “Oke, langsung aja deh ceritanya.”
          “Eng… mulai darimana ya…,” terdengar ragu suara gadis itu. “Eng… oke deh. Gini, gue…gue... hamil.”
          “Hahh?!”
          Backsound lagu yang entah judulnya apa dari Britney Spears yang menghentak-hentak itu mengecil.
          “Gimana, gimana?” suara penyiar perempuan itu seperti tak sabaran.
          “Iya, gue hamil sekarang. Udah dua bulan,” suara gadis, maksudku yang bukan gadis lagi itu melemah.
          “Oh! Coba deh cerita ke kita-kita semua di sini. Mungkin juga pendengar di rumah ada yang ngalamin hal yang sama. Eng..., tunggu dulu, ini maksudnya elo masalahnya sekarang hamil, tapi by accident, gitu?”
          “Eng, iya.”
          “Rere, umur lo berapa?”
          “Tujuh belas,” suara gadis itu seperti tercekik.
          “Oke, trus, trus?”
          “Yeah…waktu itu nggak sengaja. Cowok gue…”
          “Oke, oke…yah… namanya juga khilaf kali ya…trus gimana?”
          “Iya…, sekarang gue bingung banget....”
          Aku seperti pernah mendengar suara itu. Sepertinya  sangat akrab di telingaku.
          “Gue tadi nemuin dia di sekolah. Gue bilang sama dia kalo gue hamil.”
          “Trus?”
          “Trusnya, dia marah-marah gitu deh, sama gue. Dia bilang gue yang salah. Dia bilang waktu itu dia sebenarnya gak niat. Katanya, itu semua gara-gara gue,” tangis Rere tak tertahan lagi. Dan kedua penyiar itu berusaha menenangkannya.
          Sekali lagi aku merasa akrab dengan suara tangis itu.
          “Dia bilang lagi, bisa jadi…bisa jadi…itu bukan anaknya… Gue…gue…nggak tahan sakitnya. Gue tampar dia keras-keras. Gue….”
          Sesaat aku seperti mendengar sebuah sandiwara radio. Baru kemudian aku sadar ini realita. Seorang gadis, muda belia, terperosok dalam lubang maha gelap yang akan mengubah seluruh hidupnya.
          “Gue nggak tau mesti gimana lagi….”
          “Iya. Oke, gini aja deh. Kayaknya masalah lo emang berat banget. Orangtua elo gimana? Mereka udah tau, kan?”
          “Belon. Gue belon ngasih tau mereka,” suara Rere berat bergetar. “Gue nggak bisa. Gue nggak tega...”
          “Eng…gini lho Re, gue pikir mungkin orangtua elo mesti tau deh. Karena kan ini masalahnya nggak sepele. Lo coba deh jelasin ke mereka…”
          Klik. Tut…tut…tut…tut…
          Telepon ditutup.
          Aku merasakan sesuatu di dalam dadaku. Seperti perasaan ketika aku sendirian di rumah, lalu mendengar gedoran keras si pintu depan. Seperti perasaan takut jatuh di ketinggian sekian ratus meter dari gedung kembar Menara Petronas yang pernah kukunjungi beberapa bulan lalu. Seperti perasaan takut yang amat sangat ketika memikirkan bahwa besok semua orang di kantor akan membenciku. 
          Perasaan ini begitu saja muncul ketika aku mulai mengenali gelagat menutup telepon tadi. Putriku Kayla melakukan hal itu ketika aku memintanya melakukan hal yang tidak dia sukai. Putriku Kayla mendengarkan radio ini setiap hari. Aku ingat beberapa gaya bicara para penyiar ditirukannya tanpa sadar. Putriku Kayla akan menelepon radio ini jika sedang bermasalah dan orangtuanya tak ada di sisinya. Putriku Kayla memiliki suara seperti gadis penelepon tadi. Memiliki nada tangisnya, memiliki gaya bicara itu.
          Tapi putriku Kayla tidak mungkin hamil! Dia tidak mungkin melakukan hal segila itu!
          Tak terasa air mataku meleleh, membasahi pipi. Dan aku benar-benar dibuat sibuk menghapusnya dengan tissue. Aku tak berani membayangkan Kayla…hamil. Dia kan masih terlalu muda. Aku akan lebih baik membunuh siapapun laki-laki yang melakukannya pada anakku, dari pada menyuruhnya mengawini Kayla.
          Aku pernah kehilangan dompet di jalan tanpa sepeserpun uang di tas. Rumahku pernah dirampok habis-habisan ketika semua orang di rumah tidur lelap dan baru esok paginya menyadari barang berharga kami telah raib semua. Aku pernah di paksa untuk kehilangan sesuatu yang aku tidak ingin kehilangannya. Aku pernah dipermalukan satpam sebuah swalayan karena diduga mencuri sebuah batu batere, padahal faktanya  tidak.
          Tapi Kayla…nggak mungkin. Dan anak muda itu, Bondan, yang tidak jelas juntrungannya sering mengajak putriku keluar hingga larut malam. Sementara jika  kutanya Kayla perihal tersebut, dia hanya melengos mengisyaratkan itu bukan urusanku. Aku memang setiap hari meninggalkannya sendirian di rumah. Setiap hari mengabaikan keluh kesahnya dengan tidak di sisinya ketika dia sedang ingin berkeluh kesah. Mungkin aku memang tidak berhak mengatur-atur hidupnya lagi karena toh selama ini aku tidak terlibat.
          Akan tetapi kalau dia hamil, merusak dirinya sendiri dan keluarga, tentu saja itu urusanku. Karena selama ini akulah penyebab dia rusak. Akulah yang patut disalahkan kalau nama baik keluarga ini hancur lebur.
          Dadaku sesak dan nafasku seperti tercekat di tenggorokan . Aku tak mengenali lagi lagu yang di putar di radio itu, tapi kemudian si gadis hamil tadi menelepon lagi.
          “Halo Rere…wah, tadi keputus ya…”
          “Iya…nggak tau…. Sinyalnya kali jelek.”
          “Ini kamu lagi di mana nih?”
          “Di jalan.”
          Aku merasa perlu teryakinkan.
          “Yono, kamu kenal nggak ini suara siapa?”
          “Suara?”
          “Iya, yang di radio…”
          “ Oh, iya Bu, seperti suara Non Kayla, tapi bukan, ah.”
          Aku merasa betul-betul lemas. Iya, ini suara Kayla.
          Ketika mobil akhirnya berhenti dan suara mesinnya tidak menderu lagi, yang terdengar hanya isakan tangisku yang meluap-luap tak tertahankan.
          “Ibu, ibu…,” aku mendengar Yono memanggilku.
          “Iya, iya…,” dengan sekuat tenaga aku menghentikan tangisku. Namun yang berhenti hanya isakan, sementara air mataku terus mengucur.
          Dengan langkah kaki yang terasa seberat menyeret rantai besi aku melangkah keluar garasi dan masuk rumah. Kepalaku benar-benar sakit. Seperti berputar-putar, tak tahu persis apa yang harus kulakukan kini. Akhirnya aku menuju kamar putriku, yang dari jauh terlihat gelap.
          Aku masuk perlahan dan mendapatinya berbaring nyenyak di keremangan lampu tidur. Putri kesayanganku itu tidur dengan radio masih menyala. Suara si remaja hamil bernama Rere itu masih mengudara dengan sejuta keluh kesah.
          Aku duduk di sisi tempat tidur Kayla dan membelai-belai rambut halusnya. Kini hatiku benar-benar terasa berat untuk pergi ke kantor esok pagi.

*****
Bogor, Juni 2012
iin solihin @bakso malang citra, bogor